Sabtu, 22 Juni 2019

Catatan Harian #3 Pelajaran Berharga

Seharian ini saya tidak nyaman di kantor. I don't know why, mungkinkah karena asap rokok di lingkungan kantor yang selama bulan Ramadhan kemarin tidak ada kini kembali. Atau mungkin aku sekedar lapar seperti biasa. Aku mengerjakan sedikit to do list yang aku rancang hari sebelumnya, dan meninggalkan sebagian sebelum suasana hatiku semakin buruk. Aku juga sedikit berbicara dengan orang lain adalah bagian dari antisipasi ledakan emosi, menjadi mudah menangis atau mudah marah ketika suasana hati sedang buruk.

Aku pulang kantor sangat tepat waktu, sebelum jam absen pulang aku terlebih dahulu merapikan pekerjaanku hari ini. Ketika waktu pulang tiba langsung absen dan berpamitan dengan yang lain. Langsung lanjut ke tempat teman-teman shalihahku berkumpul. Kita mengobrol tentang acara hari raya kemarin. Aku mendapat jatah berbicara, dan menceritakan bagaimana acara halal bi halal dan kajian tahunan yang biasa diadakan oleh keluarga besar nenek moyang tahun ini tidak dilaksanakan. Sejatinya jatah panitia adalah keturunan dari kakek-nenek ku. Tapi karena anggota keluarga kami tersebar di penjuru Indonesia, jadi hanya beberapa orang dari kami yang tersisa. Semuanya malas mengurus.

Sejujurnya sejak awal aku nggak berminat menghadapi kepanitiaan ini. Bukan karena mereka hobi kepo atau membanding-bandingkan, tapi ini benar-benar keluarga sangat besar hampir lima generasi di atasku. Sekedar merasa tersesat :)

Salah seorang teman menimpali, seharusnya aku bersyukur dikaruniai keluarga besar yang memiliki nilai yang sama dalam hal ini agama. Sehingga lebih mudah proses untuk mengamalkan atau mengekspresikan nilai-nilai agama. Aku harus merawat ukhuwah islamiyah atau persaudaraan islam yang sudah terjalin dengan baik ini. Bersyukur dengan apa yang kita miliki ketika keluarga lain ada yang saling mendengki dan membenci. Menjaga apa yang sudah Allah beri sementara teman kita dijauhi keluarga besarnya karena menganut nilai yang berbeda.

Bersaudara itu berjuang, berjuang untuk memahami dan melapangkan hati, berjuang memastikan kita menyemai kebaikan pada ladang keluarga.

Aku pulang kerumah dengan hati yang lebih baik. Menyelesaikan pekerjaan rumah tangga yang menggunung. Menyeduh kopi, lalu menuliskan ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar