Udah pernah dengar belum Pantai Sadeng di Gunungkidul,
Jogjakarta?
Tanggal 1 Januari 2016, ketika matahari masih hangat, Bapak
mengajak buat pergi sarapan, tapi bilang suruh bawa bekal minum sama makanan
ringan plus mukena. Saya nggak yakin bakal pergi jauh, bisa jadi Bapak
tiba-tiba unmood lalu habis sarapan balik lagi ke rumah. ß kejadian kaya gitu
kerap terjadi -__-.
Setelah sarapan semangkuk besar Soto Lamongan, kami
memutuskan berkendara ke arah Wonogiri karena jalanan Kota Solo sepi, tapi kita
nggak tau mau kemana.
Saya lagi pengen makan ikan yang masih seger, terserah mau
ikan air tawar apa air laut. Nah, disekitar waduk Gajah Mungkur biasanya banyak
yang jual ikan, dari yang kecil-kecil sekuku sampai sebesar paha orang dewasa,
tapi kalau masih pagi gini belum ada orang yang jual, apalagi ini tahun baru,
mungkin orang-orang masih lelap pasca pesta-pesta semalam.
Lalu Bapak lanjut nyetir ke arah Pacitan. Tiba-tiba saya
keinget sama Museum Karst Indonesia, dari pada ke Pacitan jauh-jauh ya. Mobil
puter balik ke arah Pracimantoro.
Waktu nyari-nyari dimana museum karst berada, kami lihat
plang Pantai Sadeng. Masuklah kita, perjalanan ini kita di suguhi pemandangan
yang unik, gimana pohon-pohon jati daunnya habis dimakan ulat jati. Saking
banyaknya ulat jati, banyak ulat hitam ini yang jatuh dan pecah mengenai kaca
mobil, hiiyyy.
Pantai Sadeng itu kecil, lebih terkenal karena pelelangan
ikannya. Harga ikannya murah, ikan Tuna Cuma 20k sekilo, ikan cakalang 17k. Ada
pula cumi-cumi, lobster, ikan kecil-kecil. Ikannya masih seger, cara milih ikan
itu bisa dilihat dari dalam insangnya masih merah, dan matanya ikan bening. Ibu
beli ikan tuna sampai sepuluh kilo kali ya, untuk dibagi-bagi sama tetangga.
Habis puas makan, minum, dan foto-foto. Kami balik lagi, mau
nyari Museum Karst. Tapi… ternyata ketika kami nanya, Museum Karst sudah
kelewatan jauh. Oke, liburan di Museum lain kali ya.