Rabu, 31 Juli 2019

Catatan Harian #14

Akhir-akhir ini banyak sekali ribut ya.. Ada yang belum move on dari pilpres, ada yang ribut tentang masjid illuminati, yang paling baru tentang keributan karena ada ibu-ibu yang membawa anjing masuk masjid. Kalau kaya gini aku cuma  diem aja. Walaupun aku punya pendapatpun rasanya males ngungkapin ke publik. Males cerita kalau menurutku gini lho, atau bentuk keberpihakan terhadap salah satu pelaku. Males makin memperkeruh suasana, cukuplah ada yang ribut di kolom komentar medsos, grup-grup whatsapp.
.
.
.
.
Jadi malam tugas menulis ke 14 aku berniat membahas sesuatu yang cukup serius, tapi berhenti, mandeg satu paragraf diatas. Sepertinya ketiduran. Hari-hari setelah itu kebetulan sangat penuh, tidak cukup energi untuk terjaga lebih lama.

Jadi tidak ada catatan harian ke #15, #16, #17,...

Sayang sih, tapi yaudahlah (lagi-lagi ngasih excuse buat diri sendiri -_-)

Selasa, 02 Juli 2019

Catatan Harian #13 Kosong

Aku nggak tau harus nulis apa hari ini haha kayanya emang problem harian selain terlalu mengantuk. Tapi malam ini aku sempatkan menyeduh kopi, arabica yang fruity saya racik sembarangan dengan susu bubuk konsumsi sehari-hari. Enak sekali..

Mungkin aku perlu berpuisi, seperti hari-hari sebelum tantangan menulis 30 hari ini dimulai. Setiap perasaan ini datang, kosong. Menyianyiakan waktu dengan menjelajah toko online, menelusuri jejak-jejak manusia lain di dunia maya, menonton video di youtube alih-alih mengerjakan pekerjaan rumah atau membaca buku. Lalu berakhir dengan tidur yang muram.

Jadi mari berpuisi, bukan puisi deng.. sekedar kata-kata yang disusun sok puitis. Tidak bermakna dalam, jadi silakan persepsikan sesuka kalian :")

Sedikit perasaanku tertuang di bait puisi ini
Di cangkir kopi yang ku isi berulang kali
Aku dan kamu bukan sesuatu yang lekat
Hanya ditakdirkan saling mendekat
Datangmu mengayun bersama deru mesin memburu
Membebaskan debu-debu dari kerasnya tanah membatu
Bisakah kita bertukar cakap
Tak butuh banyak tatap
Agar aku bisa mencintai dengan bebas
Kau hanya mendekapnya lebih welas
(2/7/19-23:14)

Aku suka berkata-kata, tapi kata-kataku tidak terbaca. Menulis sekedar release perasaan-perasaan agar sedikit waras. Kadang memang sangat sesuai dengan isi hati. Kadang tidak juga. Seperti puisi diatas seperti manusia jatih cinta bagi sebagian orang, padahal tidak juga. Tapi banyak terinspirasi dari kehidupan pribadi.

Aku mengikut i tantangan ini salah salah satunya berusaha menuangkan karya-karya kecilku sehingga ada orang lain yang membacaya. Tapi malu juga sih tulisanmu dibaca orang asing.  Udah saja lah.. semoga puisi kh tadi bisa jadi inspirasi atau apapun yang kamu mau.

Minggu, 30 Juni 2019

Catatan Harian #11

Jadi aku skip catatan ke 10 karena aku terlalu mengantuk, kemarin malam minggu aku hanya ingin tidur lebih lama.

Hari ini kegiatanku mengikuti kegiatan orang tua. Alias menemani. Acara pagi kami pergi ke halal bi halal instansi tempat ibuku mengajar. Acara siang ada pengajian rutin kelompok haji orang tua. Sesuatu yang sama menariknya di kedua acara tersebut adalah anak-anak kecil yang masyaallah memperdengarkan hafalan al-qurannya yang udah buanyak. Ini sebuah tren positif, kalau zaman kuliah dulu pernah bahas juga tentang suatu tren keislaman yang junlahnya meningkat dari tahun ke tahun. Kalau dulu pas kuliah bahasnya tentang bagaimana keislaman mempengaruhi gaya hidup, branding produk, dsb. Hafalan al quran bukan sekedar gaya hidup menghafal al-quran menjadi visi akhirat juga. Untuk itu ini juga diterapkan menjadi salah satu kurikulum pendidikan di rumah maupun di sekolah.

Semua ingin mencetak hafidz quran, mereka berlomba-lomba mencarikan guru terbaik untuk anaknya lewat sekolah dan pondok yang terpercaya. Para orangtua dan aku sebagai calon orang tua tentunya ingin mendapat mahkota dan jubah kebesaran di akhirat kelak karena anak  menghafalkanal-Quran. Jadi ingat kemarin lusa pas ngikutin salah satu pembukaan rumah tahfidz di kota ku. Pengelola bercerita, dulu ketika dia ingin mrmasukkan anaknya ke pondok pesantren. Guru pesantren ini menanyakan alasan mengapa ia ingin anaknya masuk. Dia jawab intinya pengen mendapat kemuliaan di akhirat karena memiliki putra penghafal. Tapi omongannya dibalik sama ustadznya, kenapa dia sendiri tidak berusaha mebghafalkan untuk memuliakan kedua ortunya yang masih hidup.

Aku seringkali berpikir seperti itu, kalau punya anak inginnya hafal alquran juga. Tapi kok ya akunya nggak berusaha apa-apa. Hafalan dikit, ngaji ya biasa-biasa. Terlalu egois kata ustadznya gituuu...

Seneng lihat tren positif ini, semoga kebaikannya menular dan kebaikannya mrmasuki hati-hati kami.

Jumat, 28 Juni 2019

Catatan Harian #9 Mulai Berkawan

Aku merasa seringkali masih memelihara sifat tertutup. Tidak berarti sifat yang tertutup itu jelek. Contohnya yang sering saya lakukan yaitu membangun tembok pada sebuah hubungan baru. Aku nggak ngerti sih ini termasuk jaim atau jaga imej atau bukan. Kalau aku sih merasa ini buka jaim tapi berhati-hati wkwk.

Kakak laki-lakiku paling getol meledekku dasar 'ukhti-ukhti jaim'. Padahal cuma sekedar metasa tidak dekat jadi belum banyak sifat asli yang keluar. Aku pada dasarnya nyaman-nyaman saja berbicara dengan orang asing. Tapi,aku pasti membangun tembok dan aku nggak ingin orang ini melewati batas. Nggak papa sih melewati batas tapi pakai cara, nggak hars, butuh topik yang tepat mungkin agar aku bisa meruntuhkan tembokku ini. Alhasil pertemananku sangat sempit, but it's okay. Im not complaining. Eh, teman banyak tapi yang dekat sedikiit.

Tapi kayaknya aku emang perlu melonggarkan batasan. Seperti hari ini aku melatih berbicara lebih santai dengan orang lain walaupun itu urusan profesional. Pernah suatu kali ada seorang klien yang mrlemparkan candaan, tapi modeku saat itu adalah mode bekerja. Jadi pas dia lempar jokes aku cuma bisa meringis dan berhaha-hihi basa-basi. Saat itu diotakku cuma mikir "serius nih kamu ngomong kaya gitu, kita lagi transaksi lho. Apa kita cukup dekat untuk kamu lempar candaan?"

Hari ini aku merasa berhasil menaklukan diriku sendiri, bicara lebih santai kepada klien. Hari ini pula aku merasa bisa berbicara lepas bukan tentang pekerjaan pada rekan kerja selama 4 bulan terakhir. Benteng yang aku bangun akan ku runtuhkan sendiri, tepat pada waktunya :)


Kamis, 27 Juni 2019

Catatan Harian #8 Love Hate Relationship

Anak ayam yang ditolak oleh induknya kemarin, pagi ini resmi diberi nama. Gunhoo namanya. Mengambil dari nama salah satu peserta The Return of Superman (TROS) sebuah pertunjukan televisi asal Korea. Ibu yang beri nama. Ibu keracunan lihat TROS karena aku juga suka lihat. Acara yang menampilkan bagaimana para ayah mengasuh anak tanpa bantuan ibu dan orang lainnya sukses mencuri perhatian kami.

Aku dan ibuku memiliki hubungan yang menurutku rumit sebagai orang jawa. Budaya Jawa yang sopan tentu tidak akan memperkenankan berbicara sembarang kepada orang tua. Sedangkan aku kadang memakai nada bahasanya mamak beti asal Medan. Aku tidak terbiasa memakai bahasa jawa kromo, tingkatan tertinggi untuk berbicara dengan orang.

Kalau mengingat bagaimana hubungan kami, aku masih jauuuhhh dari dewasa. Ibuku yang perfeksionis dan konservatif sangat bertentangan dengan aku yang terlalu santai. Soal keenceran otak dan sudut pandang kadang membiat kami bersitegang. Ibuku yang lebih cerdas secara logika sering kali tidak sejalan pikir denganku ketika membahas sesuatu. Konflik-konflik semacam itu sering kali muncul dengan sifatku yang keras kepala.

Dipikir-pikir sebenarnya kami memiliki banyak kesamaan dan interest yang sama. Seperti soal selera soal keindahan, hiburan, cireng, hemat sumber daya yang beliau ajarkan, dll.

Aku ingin belajar berkomunikasi yang baik denganmu.. Maafkan aku ya!

Tertanda anakmu yang masih ngenyelan

Rabu, 26 Juni 2019

Catatan Harian #7 Kok Kamu Hitam?

Siang tadi nggak ada angin nggak ada hujan sebuah pertanyaan sederhana menyapa, " kok kamu hitam?"

Tanpa perasaan yang berat aku jawab, "ya udah dari lahir mau gimana?"

Dia mengoreksi, "bukan hitam, coklat muda.."

Percakapan selesai, saya nggak merasa tersinggung atau apapun. Sekedar tersentil wah bisa buat bahan tulisan nih, wkwk.

Mungkin dia hanya penasaran mengapa kulit saya menggelap, seperti rasa penasarannya ketika pipi saya merah ketika memakai riasan. Itu prasangka saya, saya malas ambil pusing dan terlalu malas menjelaskan kalau akhir-akhir ini wajah kurang terproteksi sunscreen dengan baik, bla bla bla.

Tapi bersikap masa bodoh dengan pertanyaan-pertanyaan ajaib dari para manusia ini butuh 'pelatihan'. Pelatihan tidak terbatas waktu, jadwal lulus tiap orang berbeda.

Saya ingat bagaimana dulu kalau warna kulit, warna rambut, hingga bentuk badanku di komentari orang. Saya berusaha melakukan sesuatu terhadap apa yang mereka bahas tentang tubuhku. Contohnya kalau ada yang komentar warna kulit yang gelap aku berusaha membuat terang. Seseorang juga berkomentar dengan salah satu anggota badanku sampai-sampai aku mengubah cara jalan. Itu dulu pas masih sekolah sekitar smp, susah deh pokoknya.

Alhamdulillah makin kesini makin kebuka wawasannya. Udah menerima bagaimana aku apa adanya. Tinggal upgrade aja lebih baik, dirawat, disayangi, nggak perlu diubah. Toh warna kulit terang di dunia tidak menjamin bercahaya di akhirat kan? Karena manusia tidak bisa dinilai dari kulit yang menyelimutinya.

Tadi sore baca ig story dr.Mita, SpKK tentang vitiligo. Kurang lebih isinya kaya gini, kematian vitiligo bukan karena penyakitnya tapi karena lisan orang-orang disekitarnya. Orang dengan vitiligo memiliki warna kulit yang tidak rata, beberapa bagian kehilangan pigmen. Dianggap tidak sama dengan yang lain, mereka seringkali dianggap karma dari pesugihan, penyakit menular, dll. Semua bener-bener bisa menjatuhkan kepercayaan diri sampai bisa depresi. Sedih banget.

Mulutmu harimaumu

Aku juga masih bermasalah dengan lisan, belum sempurna tentunya. Tapi belajar, belajar, belajar sampai mati. Terus pengen ngomong ke semua orang yang masih sering kena pertanyaan-pertanyaan ajaib ini kalau..

"Belum tentu yang mengataimu lebih berharga darimu. Mereka juga nggak super cantik atau ganteng sampai kalau jari kepotong nggak kerasa kalau lihat mereka, santai, chill aja.."

Selasa, 25 Juni 2019

Catatan Harian #6 Waktu Kritis

Aku nggak ngerti deh motivasiku ikut tantangan 30 hari menulis diary dari Nulis Yuk! itu apaan? Ternyata beraaaatttt kali. Sebenernya terlihat mudah, boleh nulis di platform manapun, minimal 200 kata, setiap hari hari setor sebelum pukul 12 malam. Tapi baru seminggu jalan aku udah gagal setor sekali. Hari ini nyaris gagal setor karena ketiduran, capek banget jadi belum sempat nulis.

Ini 8 menit sebelum waktu terakhir pengumpulan... Huft.

Aku juga mendapat tugas menulis dari kerabat. Suruh menulis silsilah keluarga. Belum tak kerjain, kebiasaan ngerjain sesuatu pas udah deadline. Habis nggak dikasih deadline sih mas, kan aku udah tanyain kemarin wkwk. Deadline seperti motivasi untuk meraih pencapaian menurutku. Seperti menyelesaikan sesuatu tepat waktu dan bisa beralih ke tugas lain.

Dasar aku!

Ada yang juga deadliner disini?

Apakah ini sudah 200 kata? Sepertinya belum sih, tapi nggak papa Tal... Mari kita buat kelonggaran-kelonggaran untuk diri sendiri :')

Senin, 24 Juni 2019

Catatan Harian #5 Kesepian?

Aku bertanya pada salah seorang teman lewat aplikasi chatting.

"Apakah aku terlihat galau? Aku khawatir nampak galau"
"Tidak, kamu terlihat bahagia dengan hidupmu tapi kamu kesepian"

Sepertinya dia layak menjadi cenayang atau semacamnya wkwk.

Aku adalah anak ketiga dari empat bersaudara, semuanya pergi merantau. Jadi di rumah layaknya anak tunggal tanpa saudara. Saya memiliki beberapa teman dekat, tapi tidak setiap hari atau setiap akhir pekan kami bertemu. Selain itu aku setiap harinya rata-rata hanya berkomunikasi dengan ortu, teman kantor, dan teman mengaji. Aku berbicara dengan orang tua sedikit di pagi hari sebelum kami sama-sama bekerja. Juga di malam hari sambil menyantap makanan dan menunggu kantuk menjemput.

Sepertinya aku memang kesepian. Haha. Bukan semacam kesepian galau ingin di jemput pangeran berkuda. Menurut analisa tanpa teoriku aku hanya kekurangan deep talk. 

Nggak semua orang emang enak diajak ngobrol serius sama saja nggak semua orang bisa diajak ngomong receh. Jadi nggak ada yang bisa disalahin sih.. lha emang gak nyambung mosok mau maksa!

Tapi aku bahagia, atau untuk opsi yang menyedihkan aku mengatur otak dan tubuhku agar aku bahagia. Sehingga hal-hal kecil semacam rindu atau hanya ingin becanda bisa dialihkan ketempat lain. Aku memenuhi jadwal harianku dari pagi hingga hampir malam. Aku mengikuti berbagai kelas offline dan online (salah satunya iniii), kegiatan setelah bekerja, hingga merintis beberapa usaha. Belum lagi mengurus pekerjaan rumah tangga dan memperhatikan hewan-hewan yang kami miliki.

Manfaatkan waktu, sebelum keriput merenggut, tuli menyapa, tenaga tak ada.

Lelah, tapi asik aja karena sampai rumah bisa tidur nyeyak karena banyak beraktifitas. Insyaallah manfaat dan barokah kegiatannya. Distraksi kadang bisa jadi strategi.


Catatan Harian #4 Reuni

Hari ini aku ke Semarang, mengunjungi Chychy kakak kelas rasa adek yang mau wisuda. Karena Chychy tidak bisa langsung menemuiku karena dia sok sibuk banyak acara, jadi aku menemui temanku yang lain terlebih dahulu. Ayun dan Puji teman kantorku yang lama dan kebetulan mereka sama-sama di Semarang. Dari rumah naik bus, aku turun di dekat rumah Puji dan bersama dia menunggu Ayun yang sangat lama, hampir dua jam kami menunggu. Gila banget. Untung ada Mie Lidi menemani obrolan-obrolan kami. 

Setelah Ayun datang, kami menuju salah satu rumah makan dengan tempat yang enak untuk mengobrol, hanya memesan minuman dan snack ringan kami mengobrol lama sampai kenyang. Waktu sudah terlalu siang, sehingga kami memutuskan untuk segera ke kampus. Untuk mengobati rasa rindu kami atas kuliner sekitar kampus (kebetulan kami jjuga dari kampus yang sama), kami menuju warung mie ayam dan bakso Pak Haris. Warungnya sekarang besar, memakai tempat yang lebih luas. Kami memesan menu nostalgia kami masing-masing. Aku nggak merasa menunya seenak dulu, mungkin bukan rasanya yang berubah. Tapi zaman kuliah dulu kami hanya sesekali makan, di tambah pula mahasiswa selalu lapar adi hampir semua makanan terasa sangat enak hehehe.

Setelah itu, karena masih ada sentimen terhadap suasana kampus aku ingin berjalan-jalan sebentar dan berfoto. Lucunya, selama di kampus nggak pernah lho dengan sengaja jalan-jalan dan berfoto, tapi setelah jadi alumni kenapa lebay gini? Waktu makin sore, aku belum juga menemui Chychy. Aku nggak bawa hadiah atau apapun, biasalah manusia minim rencana. Jadilah aku beli makanan ringan satu tas kertas penuh. Lalu kasih deh sebagai hadiah wisuda wkwk. Surat ucapannya aku buat setelah minta kertas dan pinjam bolpen dari Chychy, lalu aku selipkan di hadiahnya. Selamat wisuda Chychy!

Aku sempatkan mampir di kos lamaku, menemui adek-adek yang sekarang makin besar. Mereka yang mengenalku sebagai 'umi kos' super galak menyuruh buang sampah atau membersihkan dapur seusai piket, yang bawel soal hemat listrik dan air, yang ketat soal pergaulan dan pulang malam. Rajin-rajin belajar ya adek-adekku, insyaallah terbayar besok ketika kamu dewasa. Jangan banyak-banyak nonton oppa drama Korea, secukupnya saja hehe. Belum usai bercerita, senja memaksa kami untuk berpisah. 

Masa-masa mahasiswa, dulu aku ingin segera selesai dan pergi darinya kini banyak momen yang tetap manis di kenang, bersama kalian. 

Sabtu, 22 Juni 2019

Catatan Harian #3 Pelajaran Berharga

Seharian ini saya tidak nyaman di kantor. I don't know why, mungkinkah karena asap rokok di lingkungan kantor yang selama bulan Ramadhan kemarin tidak ada kini kembali. Atau mungkin aku sekedar lapar seperti biasa. Aku mengerjakan sedikit to do list yang aku rancang hari sebelumnya, dan meninggalkan sebagian sebelum suasana hatiku semakin buruk. Aku juga sedikit berbicara dengan orang lain adalah bagian dari antisipasi ledakan emosi, menjadi mudah menangis atau mudah marah ketika suasana hati sedang buruk.

Aku pulang kantor sangat tepat waktu, sebelum jam absen pulang aku terlebih dahulu merapikan pekerjaanku hari ini. Ketika waktu pulang tiba langsung absen dan berpamitan dengan yang lain. Langsung lanjut ke tempat teman-teman shalihahku berkumpul. Kita mengobrol tentang acara hari raya kemarin. Aku mendapat jatah berbicara, dan menceritakan bagaimana acara halal bi halal dan kajian tahunan yang biasa diadakan oleh keluarga besar nenek moyang tahun ini tidak dilaksanakan. Sejatinya jatah panitia adalah keturunan dari kakek-nenek ku. Tapi karena anggota keluarga kami tersebar di penjuru Indonesia, jadi hanya beberapa orang dari kami yang tersisa. Semuanya malas mengurus.

Sejujurnya sejak awal aku nggak berminat menghadapi kepanitiaan ini. Bukan karena mereka hobi kepo atau membanding-bandingkan, tapi ini benar-benar keluarga sangat besar hampir lima generasi di atasku. Sekedar merasa tersesat :)

Salah seorang teman menimpali, seharusnya aku bersyukur dikaruniai keluarga besar yang memiliki nilai yang sama dalam hal ini agama. Sehingga lebih mudah proses untuk mengamalkan atau mengekspresikan nilai-nilai agama. Aku harus merawat ukhuwah islamiyah atau persaudaraan islam yang sudah terjalin dengan baik ini. Bersyukur dengan apa yang kita miliki ketika keluarga lain ada yang saling mendengki dan membenci. Menjaga apa yang sudah Allah beri sementara teman kita dijauhi keluarga besarnya karena menganut nilai yang berbeda.

Bersaudara itu berjuang, berjuang untuk memahami dan melapangkan hati, berjuang memastikan kita menyemai kebaikan pada ladang keluarga.

Aku pulang kerumah dengan hati yang lebih baik. Menyelesaikan pekerjaan rumah tangga yang menggunung. Menyeduh kopi, lalu menuliskan ini.

Jumat, 21 Juni 2019

Catatan Harian #2 Drama Perhewanan

Permasalahan di hidupku sepertinya seputar hewan-hewan peliharaan saja. Hari ini seekor induk ayam bernama Batik menolak mengasuh salah satu anaknya yang baru menetas. Layaknya bayi ayam pada umumnya dia tidak akan bertahan tanpa induknya, entah mati dimangsa predator atau mati kedinginan. Aku ambilah anak ayam ini dan membawanya masuk rumah. Dia sekarang sudah tidur, setelah hampir dua jam ciap-ciap mencari teman. Sebelumnya aku memasang bohlam lampu untuk menjaganya tetap hangat. Tapi cahaya bohlam membuat ayam tak kunjung tidur mengira ini masih siang. Matikan sajalah bohlamnya, masalah malam ini selesai. Semoga anak ayam terlantar ini masih bisa hidup sampai tua dan bosan bertelur untuk kami.

Oh iya, hari sebelum ini saya akhirnya membulatkan tekad untuk membawa Desta berobat. Tapi karena alat terbatas dokter hewan hanya melakukan pemeriksaan fisik pada benjolan. Selama masih makan dan tidak mengganggu aktifitas insyaallah aman. Setelah iitu dia berjanji akan mempelajari kasus ini terlebih dahulu dan akan memberi tahu via aplikasi chatting online. Wah aku merasa cocok sekali, karena pelayanan maksimal dan pelayanan pasca pembelian yang oke. Yha walaaupun aku menemukannya lewat keyword dokter hewan solo murah. 

Lusa aku ke Semarang tempat aku menggali ilmu di perguruan tinggi. Temanku wisuda pekan depan, tapi saat itu aku masuk kerja dan belum bisa cuti. Tapi sepertinya aku lebih merindukan kuliner kampus dibandingkan si wisudawati ini hahaha

Kamis, 20 Juni 2019

Catatan Harian #1 Asuransi untuk Desta

Berangkat kantor pagi ini nggak semangat. My mini pocket pet alias sugar glider ku Si Desta sakitnya makin parah. Bengkak di bawah rahangnya makin besar saja seperti akan meletus. Sedih sekali, sementara aku masih menanggulangi dengan tips-tips diet untuk sugar glider yang aku dapat dari grup-grup Facebook untuk pecinta sugar glider agar bengkaknya tidak makin besar. Beberapa hari terakhir Desta dan koloninya hanya memakan buah, sayur, dan sedikit madu tanpa serangga dan bubur bayi kesukaan mereka.

Kembali di kursi kantor yang keras, aku menjejali mesin pencari dengan keyword untuk menemukan apa sebenarnya yang diderita bayiku ini. Pakai Google Scholar dong, biar lebih meyakinkan wkwk. Jadi aku berharap artikel yang aku temukan bukan sekedar artikel-artikel blog modal copy paste :). Pas ketemu artikel yang cukup menarik tentang lumpy jaw, aku baru sadar tentu saja aku nggak bisa akses gratis. Aku tidak mengakses lewat wifi kampus, lupa sekarang bukan mahasiswa fakir wifi yang berebut jaringan di selasar gedung-gedung kampus. Ya sudah, aku menyelesaikan pencarianku dengan kalimat 'dokter hewan murah solo' lalu mantap memilih salah satu.

Walaupun aku bukan lagi mahasiswa fakir kuota aku masih mempertimbangkan biaya-biaya yang mungkin timbul dari berobatnya Si Desta. Apa tidak ada asuransi untuk anabul juga ya? Kalau ada boleh deh ikutan. Permasalahannya anggaran pengeluaran untuk hedon dan kebutuhan bulananku kali ini banyak lenyap di warung kopi fancy sampai lesehan tengah malam. Aku terlalu sering kumpul sama teman dan saudara pasca hari raya kemarin. Tapi suka, ya gimana dong. Jadi salah siapa nggak disiplin sama aturan sendiri?