Kamis, 17 Desember 2015

Melindungi Diri dari Sunburn

Jalan jalan ke pantai atau naik gunung emang paling asik, tapi abis itu wajahnya terbakar. Memerah, hitam, bahkan bisa sampai mengelupas. Saya punya pengalaman buruk dengan paparan sinar matahari berlebihan.

Jaman dulu ketika saya nggak peduli sama kesehatan, saya pernah seharian (benar-benar seharian) dari pagi matahari terbit sampai terbenam main di pantai. Asik banget, kalau dipantai kan memang nggak terasa panas, tapi sampai rumah wajahku yang hitam ini makin menghitam, kemerahan, kering bersisik :((

Sengatan sinar matahari secara terus menerus dalam jangka panjang dapat menyebabkan noda hitam bahkan bisa menyebabkan kanker kulit! Jadi untuk menghindari itu semua, pakai sunblock yang berkode sun protection factor (SPF) yang hanya melindungi dari sinar UVB yang biasanya bikin sunburn. Besarnya, seperti SPF 15 atau SPF 30 adalah kekuatan melindungi contohnya nih:
  • SPF 15 kemampuan proteksi 93,3% terhadap sinar UVB
  • SPF 30 kemampuan proteksi 96,7% terhadap sinar UVB
  • SPF 50 kemampuan proteksi 98% terhadap sinar UVB
Untuk melindungi dari paparan UVA pakai sunblock yang berkode PA (protection grade of UVA), makin banyak tanda + setelah PA (PA+, PA++,dst) tandanya makin melindungi terhadap sinar UVA.

Untuk meminimalkan paparan sinar matahari bisa juga pakai payung, baju panjang, dan topi. Jadi emang nggak bagus terkena matahari langsung terutama diatas pukul 10 pagi. Apalagi lapisan ozon bumi kita makin tipis, jadi filter alami dari UVA dan UVB udah nggak terlalu kuat.

Kita bisa lihat seberapa kuat sengatan sinar matahari di daerah kita dalam waktu tertentu lewat UV index, berapa besarnya bisa dilihat di petunjuk cuaca yang bisa di install di smartphone. Makin tinggi makin bahaya, dan harus pakai perlindungan ekstra atau bahkan harus menghindari sinar matahari.

contoh UV index

Kalau memang udah terlanjur terbakar, saya biasanya pakai tomat atau lidah buaya yang langsung diusap pada wajah yang terbakar. Lalu tunggu sampai kering lalu bilas pakai air dingin, nanti wajahnya jadi lebih dingin dan mengurangi kemerahan. Jadi jangan males pakai sunscreen ya, baik cowok atau cewek! CMIIW ^^

Selasa, 27 Oktober 2015

Pengalaman Pertama: Arung Jeram

Pertengahan Agustus yang terik, saya dan kawan-kawan masa SMP yang sudah terpencar di beberapa kota untuk menuntut ilmu,menyempatkan diri berkumpul, main bareng, seperti tahun-tahun yang lalu.
Kita ngobrol lewat grup chat dan disepakati mengarungi Sungai Elo, Magelang! itu pengalaman pertama rafting untuk hampir semua orang di antara kami.

Kita pergi dengan mobil dan driver sewaan, harga total dengan bahan bakarnya habis 450k. dari Solo ke Magelang bolak balik. Nggak begitu mahal apalagi kita patungan bertujuh.

Kita langsung menuju starting point di Desa Pare, Kelurahan Mungkid, tapi karena kita nggak pesan dulu kita nggak bisa langsung nyebur. Kita diarahkan ke agen yang letaknya nggak jauh dari situ. Ada beberapa restoran yang juga agen menawarkan harga yang berbeda. Kebanyakan sudah menawarkan paketan, selain service buat arung jeram kita dapet snack sama makan besar juga.

Ingat ya, lebih baik kalian bawa rombongan yang jumlahnya kelipatan 6. Kami bertujuh nggak bisa ada di satu boat, kita udah merajuk dan merayu *apaini* demi bersama dalam satu boat, sekaligus ngirit biar nggak usah sewa dua boat hehehe. Tapi apa daya tetap nggak dibolehin dengan alasan keamanan. ya sudahlah..
Kami menyewa dua boat seharga Rp 1.200.000,00 dan masing-masing boat seharga Rp 600.000 nggak bisa ditawar lagi huhuhu :( . Tapi jiwa-jiwa pengiritan kami tetap bekerja dengan meminta disediakan paket makanan dengan porsi 12 orang! (lumayan buat jatah makan driver)

Dari restoran kami dibawa ke starting point dengan mobil angkot. Setelah sampai, sembari menunggu boat disiapkan kami diberikan pengarahan gimana mengarungi jeram dengan aman. Kami praktek bagaimana menggunakan dayung, posisi duduk, dll.

Setelah itu kami langsung naik boat, disiram-siram dulu kami beserta boatnya sama Bapak-bapak pemandu,  katanya nggak afdol kalau nggak basah.
Kami menyusuri Sungai Elo yang airnya menyusut karena kemarau, warnanya hijau, tapi cantik dipadukan dengan dinding-dinding sungai yang coklat dan daun disekitar. Ada beberapa anak-anak bermain air, dengan ban bekas berenang di pinggir sungai, seru melihatnya.

Menurutku serunya arung jeram cuma pas di jeramnya, kalau pas bagian di sungai yang tenang nggak memacu adrenalin. Tapi enaklah buat pemula. Hampir tiga jam sebelum kami sampai di titik finish, di tengah perjalanan mengarungi sungai kami berhenti untuk menikmati snack dan es kelapa yang disediakan. Kami dapat snack kering, padahal menurut penuturan temanku dulu dia dapat jajanan pasar.

Sepanjang sungai elo kita diberi kejutan-kejutan oleh pemandu kami yang ramah, menambah keseruan di atas boat merah kami :))

Lelah banget sebenarnya, tapi bukan lelah karena serius yang ndayung tapi lelah ketawa, sepanjang sungai cuma ketawa sama bercanda mulu. Kebayangkan, arung jeram disini nggak berbahaya kok asal nurut sama instsrukturnya

Puas kami menyusuri Sungai Elo, kami kembali ke restoran, mandi, makan besar lalu pulang.
Kamar mandinya banyak dan bersih jadi nggak perlu takut antri.

di starting point
ini sengaja banget dicemplungin sama bapaknya -_-


Kelapamuda di tengah perjalananmengarungi sungai



keliatan puas bangetkan diliat dari senyumnya tika :D
Udah bersih dan mandi semua, termasuk piringnya ya










Kamis, 22 Oktober 2015

Mimpi yang Tertunda, Explore Banyuwangi

Sebenarnya saya dari dulu ngebet banget bisa plesir ke Banyuwangi, udah sampai nulis mimpi bisa pergi ke Banyuwangi yang memang pariwisatanya lagi berkembang. Nah, kemarin itu saya ditawarin sama Bapak buat ‘wakilin’ beliau datang silaturahim ke keluarganya bapak yang lumayan banyak disana. Tapi, ini bukan trip dengan kelompok kecil, kemarin kita ke Banyuwangi dengan 20 orang yang range usianya dari balita sampai lansia, jadi nggak bisa seenaknya request pengen liburan kemana gitu..

Kita dari Solo berangkat jam 3 sore, sampai Banyuwangi sekitar pukul 7 pagi. Langsung transit dirumah saudara lanjut silaturahim ke tempat saudara-saudara yang lain. Disana saya kaya anak ilang, saya tidak kenal sama sekali dengan keluarga yang disana karena memang tidak pernah bertemu sebelumnya, budhe-budhe padahal ketemu saling berpelukan dan nangis saking jarangnya bertemu. Alhasil, disana saya cuma main sama krucil-krucil. Hasna, Aisyah, Rania yang umurnya berjarak cukup jauh sama saya L

Sudahi curhatnya…

Hari Minggu, 18 September kemarin saya berkesempatan mengunjungi salah satu pantai di Banyuwangi, Pantai Boom, yang rencananya pada tahun 2017 bisa jadi pantai marina yang standarnya seperti pantai-pantai marina yang lain. Usaha dari pengelola pantai agaknya cukup keras, saya yakin dukungan dari pemerintah sangat baik.

Jadi sampai disana itu saya dengar pengumuman yang berulang-ulang tentang larangan menginjak rumput dan menghimbau agar berjalan pada jalur yang sudah disediakan. Tempat sampah juga sudah disediakan, ini yang jarang saya lihat di pantai. Dekorasi dan layout dari pantai sendiri sudah lumayan oke, cuma memang masih perlu banyak perbaikan ya..

Katanya sih, sebelum pelabuhan penyeberangan ada di Ketapang, pelabuhannya di pantai ini, memang sebelum masuk pantai ada tempat kapal-kapal dan pemandangan yang mirip pelabuhan
Pantai ini bukan tipe pantai saya hehe, Pantai Boom pasirnya hitam, dan lumayan kotor sama sampah plastic yang betebaran, kita juga nggak dianjurkan berenang. Jadi ini semacam pantai buat keluarga berakhir pekan orang tua leyeh-leyeh di kursi anak-anak main pasir atau layangan. Mungkin juga pantai ini dipakai untuk event-event kota Banyuwangi sendiri. O iya, pantai ini aksesnya juga mudah kok

Tapi bagaimanapun aroma pantai itu selalu harum, panasnya pantai selalu sejuk, langitnya pantai selalu dirindu wkwkwk

Setelah dari Pantai Boom rombongan ini langsung pulang ke Solo, alasannya nih dari tetua-tetua:
  • sebagian harus sudah di kantor Senin pagi
  •  pengen lihat Paiton
  •  pengen menikmati perjalanan siang biar bisa lihat pantai sepanjang perjalanan

Ignore semua deh kecuali nomer 3, dalam hati kecilku aku masih pengen ditinggal aja trus main sendiri. Aku juga nggak suka perjalanan siang karena berasa lama dan lebih susah tidur. Tapi ini perjalanannya pulang cukup terhibur sama bentangan pantainya sepanjang jalan kok :’)


 Nggak papa deh, ke Banyuwanginya nggak all out setidaknya aku bisa menambah gambar-gambar di otakku gimana kerennya taman nasional Baluran dan monyetnya di pinggir jalan yang kami lewati, juga plang hijau kemana arah kawah gunung Ijen. Tunggu saya lain waktu ya Bumi Blambangan 


hasna berpose dengan latar belakang pantai boom, tak lupa 'photobomb' nya sosok bapak2 baju kuning


Pulau seberang sudah daratan Bali 


Pose terkejut


Selasa, 31 Maret 2015

Berani mengatakan "Aku Sholat!"

(barisan ini bubar beberapa saat setelah diambil gambar)

Suatu waktu sebelum adzan asar, seorang teman di kosan mengajak sholat asar berjamaah.
Sudah adzan kah? olala, belum ada adzan ini masih kurang 15 menit sebelum pukul tiga sore yang biasanya masuk asar. 

Mengapa buru-buru sekali? solat asar kali ini yang berakhir dengan satu imam dan dua makmum.

Usut punya usut ketiga kawan tadi ada jadwal kuliah pukul tiga sore tepat, dan mereka tidak akan terlambat untuk itu. Mereka terkenal tepat waktu ketika berangkat kuliah, biasanya setengah jam sebelum kuliah mulai mereka sudah duduk manis dibangku kuliahnya.

Saya merasa agak miris melihat orang tidak berani mengatakan kepada manusia, 
"Maaf, saya terlambat karena punya urusan dengan Tuhanku" 
Saya rasa tidak ada yang berani menggugat hal tersebut bukan? Mungkin cuma orang tak berTuhan yang akan memperpanjang urusan kalimat tadi. 

Jadi mengapa kita harus memajukan waktu solat untuk urusan manusia?

Saya juga punya pengalaman jadwal kuliah bentrok jadwal sholat, kalau sholat setelah selesai kuliah itu terlalu sore, nyaris maghrib. Saya biasa solat terlebih dahulu, telat kuliah 15 menit. Dosen memaklumi, adapula dosen yang menyuruh mahasiswanya solat terlebih dahulu sebelum kuliah. Menyenangkan.

Saya meyakini Allah akan mempermudah jalan hambanya ketika kita mengutamakan urusan kita denganNya. :)

Tapi akan beda cerita kalau kasusnya seperti jaman saya SMA
Kami biasa bergerombol beberapa orang untuk sholat dzuhur di musola sekolah yang cukup sempit untuk menampung ribuan anak yang sama-sama ingin sholat. Sesak sekali, dan itu menghabiskan banyak waktu. Kami pergi ke kantin untuk makan beberapa jajanan, padahal sudah jam masuk kelas, apa daya perut memang tak bisa diajak kompromi, haha

Kami masuk kelas, bawa tas mukena seperti anak alim bilang permisi ke guru yang mengajar,
"Maaf bu, terlambat habis sholat dzuhur.."
Ada guru yang memaklumi, namun ada pula yang mengomel tau tingkah kami. Mereka yang mengomel hanya mengomel tak memberi hukuman, kami hanya bicara jujur. ;)